Minggu, 21 Desember 2008

ULASAN PASAREkonomi AS: Dalam ResesiMenjelang akhir tahun, berita buruk terus meliputi perekonomian AS. Berdasarkan dataterakhir, Ekonomi AS masih terus mengalami kontraksi, bahkan terlihat semakin dalam.Resesi kemungkinan besar akan menyelimuti perekonomian AS di kuartal 4 tahun ini, seiringdengan tingkat pembelanjaan konsumen AS (consumer spending) yang terus menunjukkanpenurunan. Namun kita tidak perlu terlalu negatif terhadap hal ini karena pelemahanekonomi ini hanyalah bagian dari suatu siklus normal yang memang harus dilalui. Menurutsurvei yang dilakukan oleh Bloomberg, konsensus ekonom memperkirakan ekonomi ASakan dapat mulai kembali tumbuh secara positif di semester kedua tahun depan.Ekonomi Indonesia: Menanti PerlambatanKrisis global sudah pasti akan berdampak pada perekonomian domestik. Tanda-tandaperlambatan sudah mulai terlihat dengan data ekspor terakhir yang menurun -12% satubulan terakhir. Kami melihat hal ini sebagai suatu permulaan dengan dampak yang lebihbesar akan lebih terefleksi pada ekonomi kita di awal tahun 2009, di saat seluruh sektorekonomi mulai menyesuaikan diri dengan krisis global ini. Dibalik itu, satu hal yang cukuppositif adalah bahwa kontribusi ekspor ke ekonomi kita tidaklah terlalu besar dibandingkandengan negara lain, sehingga seharusnya ekonomi domestik diharapkan dapat menopangperekonomian indonesia secara keseluruhan.Pasar Finansial: Santa Claus Rally?Pasar finansial mulai bergairah kembali dengan sentimen yang terlihat mulai membaikmendekati akhir tahun ini. Kami melihat ada 3 hal yang mendukung perbaikan ini, yaitusikap regulator ekonomi dunia yang responsif, valuasi yang cukup tertekan, dankemungkinan aksi window dressing. Namun dibalik itu semua, risiko atas perlambatanekonomi masih ada sehingga potensi untuk terjadinya koreksi di pasar finansial di masamendatang masih cukup besar.19 Desember 2008

2ULASAN PASAREkonomi AS: Dalam ResesiMenjelang akhir tahun 2008 ini, tampak keadaan ekonomi AS masih terus mengalami kontraksi,dan bahkan makin dalam. Dari data ekonomi terakhir, komponen terbesar dari ekonomi AS(70% dari GDP), yaitu sektor pembelanjaan konsumen (consumer spending), masih menunjukkanarah pelemahan. Memang tampaknya hal ini akan masih berlangsung seiring dengan datapertumbuhan gaji (non farm payroll) yang negatif dan tingkat pengangguran yang mencapailevel 6,7%, tertinggi selama 2 tahun terakhir.Selain tingkat konsumsi yang terus melemah, aktivitas ekonomi juga secara drastis mengalamiperlambatan. Dari data ISM index (Institute Supply Management – Index yang menggambarkantingkat aktivitas ekonomi AS), sisi manufaktur dan jasa keduanya mengalami penurunan yangcukup dalam. Melihat data-data tersebut, dapat dikatakan bahwa ekonomi AS sudah pasti akanmengalami pertumbuhan negatif di kuartal keempat tahun ini sehingga membuat ekonomi ASdalam keadaan resesi.“It is Always The Darkest Before The Dawn”Kontraksi ekonomi merupakan bagian dari siklus roda ekonomi, dan dalam perputarannya,ekonomi pasti akan merasakan masa-masa ekspansi maupun masa-masa kontraksi sepertisekarang ini. Satu hal yang perlu kita sadari, bahwa krisis ekonomi tidak akan terus-menerusterjadi. Roda ekonomi akan terus berputar dan ekonomi pun akan keluar dari masa kontraksimemasuki kembali masa ekspansi (pertumbuhan).Berdasarkan survei konsensus ekonom diBloomberg, masa kontraksi ekonomi AS yangterparah diperkirakan akan terjadi pada kuartalkeempat tahun ini, dengan pertumbuhanekonomi mencapai -3,9%. Setelah itu, ekonomiAS diperkirakan akan secara perlahan mulaimembaik dan mulai mencapai pertumbuhanpositif di semester kedua tahun depan.

ULASAN PASAR3Saat ini, kami melihat ada beberapa hal yang mendukung kebangkitan ekonomi AS:1. Turunnya harga minyak.Penurunan harga minyak akan mampu meningkatkan daya beli masyarakat AS terhadapbarang konsumsi lainnya karena turunnya anggaran belanja minyak. Hal ini diharapkanakan mampu membantu mendukung tingkat konsumsi rakyat AS sehingga ekonomisemakin bergairah.2. Menanti pemerintahan baru.Ekonom kami menemukan fakta yang cukup menarik, dimana secara historis tingkatpertumbuhan ekonomi AS dibawah kepemimpinan partai demokrat umumnya lebih tinggidibandingkan masa pemerintahan partai republik. Salah satu penyebabnya adalah karenakebijakan partai demokrat yang lebih berorientasi domestik serta cenderung memberikanpemerintah peranan yang lebih besar dalam sistem ekonomi.Indikasi akan hal ini sebenarnya sudah mulai terlihat pada kasus yang sedang hangatsaat ini, yaitu mengenai nasib industri otomotif AS dimana partai demokrat dan Obamacenderung ingin pemerintah langsung menyelamatkan, sementara partai republikcenderung untuk mencari jalan lain.Ekonomi Indonesia: Menanti PerlambatanSebagaimana telah didiskusikan oleh banyak orang, ekonomi Indonesia dipastikan akan terkenadampak dari perlambatan ekonomi global. Tanda-tanda perlambatan mulai muncul diperekonomian kita terutama dari sisi ekspor, dimana total ekspor kita per bulan Oktober menurunsekitar -12% dalam satu bulan terakhir, walaupun total ekspor kita masih tumbuh +4.9% biladibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Bila dilihat lebih dalam, ekspor minyakmengalami penurunan sebesar -26% dalam satu bulan terakhir atau turun -7% bila dibandingkandengan periode yang sama tahun lalu, sedangkan ekspor non minyak menurun -8% satu bulanterakhir dan naik +8.2% pada satu tahun terakhir.Total export menurun -12% MoM,namun masih bertumbuh positif 4.9%Kami melihat keadaan saat ini sebagai suatu permulaan bagi perekonomian Indonesia untukmasuk ke perlambatan ekonomi. Potensi untuk penurunan ekspor lebih dalam di tahun depanmasih terbuka, terlebih lagi karena hampir sekitar 40% dari total tujuan ekspor kita merupakannegara-negara yang sudah berada dalam keadaan ekonomi resesi ataupun akan menuju ke resesi,yaitu Jepang 19%, Singapura 10% dan AS 10%. Selain itu, penurunan harga-harga komoditasdunia (batubara, minyak sawit, dan minyak bumi) yang signifikan hingga lebih dari 50% darititik tertingginya juga akan menekan nilai ekspor kita di masa mendatang.

4ULASAN PASARNamun, dibalik potensi pasar ekspor yang tampaknya melemah, dampaknya terhadap ekonomiIndonesia secara keseluruhan tidak akan terlalu signifikan seperti negara lain. Bila dibandingkandengan negara tetangga, sebenarnya kontribusi ekspor terhadap perekonomian kita tidaklahterlalu besar. Berdasarkan data terakhir dari ekonom kami, Indonesia memiliki rasio tingkat eksporterhadap pendapatan per kapita yang cukup kecil dibandingkan dengan negara tetangga, yaitusekitar 30%, dibandingkan dengan Malaysia 110%, Singapura 230% dan Thailand 73%.Disamping itu, kami melihat bahwa ekonomi domestik Indonesia akan cukup mampu menjadipenyangga terhadap dampak pelemahan ekonomi global. Berdasarkan survei pasar yang dilakukanoleh AC Nielsen, penjualan untuk kuartal pertama tahun depan diperkirakan akan turun, namunsecara keseluruhan, penjualan di tingkat ritel untuk tahun depan diperkirakan akan masih tumbuh13-15%. Selain itu, Indeks Kepercayaan Konsumen yang dihimpun oleh Danareksa ResearchInstitute juga menunjukkan peningkatan ke level 81,3, tertinggi selama 11 bulan terakhir. Halini tentunya menunjukkan bahwa konsumen merasa lebih optimistis terhadap perekonomianIndonesia.Prospek RupiahRupiah sempat mengalami depresiasi yang cukup dalam hingga -30% (pada saat USD mencapaiRp 12.400), dibandingkan dengan negara lainnya yang rata-rata mengalami depresiasi sebesar -10%, akibat ketakutan para investor asing terhadap negara berkembang. Ekonom kami melihatbeberapa alasan yang menyebabkan pelemahan Rupiah terjadi:• Keengganan pemerintah untuk menerapkan kebijakan blanket guarantee. Beberapanegara seperti Singapura, Malaysia and Australia telah melaksanakan kebijakan blanketguarantee sejak bulan Oktober, dan ini memicu capital outflows yang kemudianmempengaruhi stabilitas mata uang kita. Dalam perkembangan terakhir, beberapa pihaktelah mengusulkan kebijakan ini kepada pemerintah, namun tampak pemerintah masihterus mendiskusikan hal tersebut.• BI telah mengeluarkan kebijakan untuk transaksi dollar yang mengatur jumlah maksimumdollar yang dapat dibeli setiap bulannya. Namun, dengan sosialisasi yang kurang, hal inijustru dapat memicu sentimen negatif terhadap Rupiah akibat pemegang USD yang merasakhawatir untuk sulit mendapatkan USD kembali di masa mendatang, sehingga membuatmereka berpikir 2 kali untuk menukarkan USDnya.• Investor global mungkin melihat ekonomi Indonesia sebagai salah satu yang memilikirisiko mata uang yang besar. Hal ini disebabkan oleh tingginya rasio hutang luar negeriterhadap cadangan devisa yang sekitar 2,8x dibandingkan rata-rata Asia yang hanya 1,1x.USD-IDR sempat mencapai IDR 12,400, namunkembali menguat ke level IDR 10,900



ULASAN PASAR5Dalam perkembangan terakhir, rupiah mengalami penguatan yang cukup signifikan ke level Rp10.900-an di minggu kedua bulan Desember. Ekonom kami melihat potensi penguatan USDakan terus berlanjut hingga ke Rp 10.000/USD di Januari 2009. Hal ini didukung oleh beberapahal:1. Indonesia bukan negara export dependent.Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, Indonesia memiliki rasio ekspor terhadapPendapatan per Kapita yang paling kecil dibandingkan dengan negara tetangga. Makaseharusnya ekonomi Indonesia merupakan salah satu yang paling bisa bertahan di tengahkrisis global ini.2. Tingkat inflasi dan suku bunga yang stabil.Seiring dengan penurunan harga komoditas dunia, maka tingkat inflasi akan ikut turun,begitu juga dengan suku bunga. Inflasi bulan November mulai menurun (0,12% dalamsatu bulan terakhir dan 11,7% dalam satu tahun terakhir; sementara BI rate turun ke level9,25%. Hal ini akan berimbas positif pada ekonomi indonesia dan tidak akan memicucapital outflows, karena tren penurunan suku bunga juga terjadi di negara lain. Untuktahun depan ekonom kami memperkirakan inflasi akan mencapai 8% dan BI rate 8.5%di akhir tahun 2009.3. AS akan mencetak uang dalam jumlah besar. Fed telah menyuntikkan triliunan USD kesistem finansial AS untuk mendukung perekonomiannya, dan ini dilakukan dengan caramencetak uang, yang dikonfirmasikan dengan adanya stimulus sebesar USD 800 miliar,sehingga akan meningkatkan suplai USD di pasar. Seiring dengan kontraksi ekonomi AS,hal ini akan berpotensi menekan USD dan membantu Rupiah untuk mengalami apresiasi.Peningkatan signifikansuplai USDPasar Finansial: Santa Claus Rally?Walaupun data-data menunjukkan keadaan ekonomi terlihat semakin parah, pasar finansialcenderung stabil dan bahkan mengalami peningkatan kembali. Tekanan jual pada pasar obligasimulai berkurang, dan tingkat imbal hasil invetasi sudah mulai kembali turun dimana imbal hasilSUN 10 tahun saat ini sekitar 13%, dibandingkan dengan sekitar 21% pada 2 bulan lalu.Disamping itu, pergerakan rata-rata indeks saham di beberapa negara ASEAN sejak awal bulanDesember juga mengalami peningkatan, seiring dengan IHSG yang meningkat +3% sejak awalbulan. Bahkan di AS sendiri, VIX Index (Volatility index), indeks yang mengukur tingkat volatilitasindeks, mulai mengalami penurunan yang menandakan sentimen mulai memulih.


6ULASAN PASARMemang fenomena ini terlihat agak kontradiksi (ekonomi lemah vs saham menguat), namunperlu kita sadari bahwa pasar finansial cenderung melihat jauh ke depan, dan data ekonomicenderung lagging. Kami percaya bahwa kejadian sekarang ini mulai menunjukkan bahwainvestor mulai nyaman dengan level indeks sekarang serta prospek ekonomi ke depannya.Kami melihat ada beberapa hal yang mendukung perbaikan sentimen sekarang ini:1. Tindakan regulator yang responsif.Regulator moneter dunia, termasuk pemerintah masing-masing negara, telahmengucurkan paket bantuan ekonomi masing-masing, seperti paket USD 700 miliar daripemerintah AS, paket USD 586 miliar dari pemerintah Cina, dan paket USD 255 miliardari pemerintah Jepang. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah masing –masing negaracukup responsif dalam mengatasi gelombang krisis ekonomi ini. Terlebih lagi, pemerintahAS merespon dengan cukup baik kasus industri otomotif yang isunya sedang hangatakhir-akhir ini. Dalam perkembangan terakhir, pemerintah AS bersedia mengucurkanbantuan walaupun harus terlebih dahulu melalui proses perdebatan antara kubu demokratdan republik. Diharapkan, paket-paket tersebut mampu membantu ekonomi agar tetapberjalan.2. Valuasi yang sudah sangat tertekan.Tekanan jual yang besar selama 2 bulan terakhir telah menekan indeks saham seluruhdunia yang secara otomatis juga menekan valuasi dari saham-saham menjadi murah.Meskipun begitu, terlihat belakangan ini investor mulai nyaman dengan tingkat valuasisekarang sehingga mereka mulai berani masuk kembali ke pasar finansial. IHSG sekarangini berada pada level 6,2x estimasi PE 2009, jauh lebih kecil dibandingkan dengan rataratanegara ASEAN yang berada di level 8,6x estimasi PE 2009.3. Window dressing.Window dressing merupakan strategi yang digunakan oleh para manajer investasi untuk“memoles” performa reksadananya mendekati akhir kuartal ataupun akhir tahun. Melihatpasar saham yang jatuh signifikan sejak awal tahun, maka motivasi untuk terjadinyawindow dressing mungkin saja ada, apalagi dengan sentimen pasar yang sekarang inimulai membaikDibalik pasar finansial yang mulai rebound, kewaspadaan terhadap perkembangan ekonomidunia dan domestik tetap perlu, sebab risiko terhadap perlambatan ekonomi tersebut masih adasehingga kemungkinan bagi pasar finansial untuk mengalami koreksi kembali juga masih cukupbesar.

Selasa, 18 November 2008

market View

MARKET VIEWAkhir dari Penurunan Pasar?

Pasar Indonesia mengalamipenjualan besar-besaran terutamasejak awal bulan September akibatperilaku investor (terutama investorasing) yang semakin negatifterhadap pasar negara berkembang.Bila pasar saham Indonesiadibandingkan dengan kinerja pasarsaham negara lain, IHSG merupakanindeks yang kinerjanya palingburuk, dengan penurunan sebesar-42% sejak awal September atau-54% dari awal tahun. Bandingkan dengan rata-rata kinerja pasar saham negara ASEANyang mengalami penurunan sebesar -31% sejak awal September dan -47% dari awal tahun.Kinerja yang buruk ini juga disebabkan oleh tingginya korelasi pergerakan IHSG denganpergerakan harga minyak, dimana penurunan harga minyak mencapai -51% sejak awalseptember dan -61% dari awal tahun. Namun, seharusnya sekarang ini korelasi tersebutsemakin melemah, dikarenakan proses rebalancing yang telah terjadi di IHSG dimana saatini sektor komoditas hanya memiliki persentase 16% (pada kuartal kedua sektor komoditasmencapai 30%).Dibalik penjualan besar-besaran kemarin, IHSG sempat mencapai titik terendahnya di level1.111,4 pada tanggal 28 Oktober. Kemudian yang menjadi pertanyaan adalah apakahtitik tersebut merupakan bottom dari bear market yang sedang terjadi sekarang ini? Tidakada yang tahu hal ini dengan pasti. Namun berikut kami akan coba membandingkan krisissekarang ini dengan krisis sebelumnya.17 November Pasar Indonesia mengalamipenjualan besar-besaran terutamasejak awal bulan September akibatperilaku investor (terutama investorasing) yang semakin negatifterhadap pasar negara berkembang.Bila pasar saham Indonesiadibandingkan dengan kinerja pasarsaham negara lain, IHSG merupakanindeks yang kinerjanya palingburuk, dengan penurunan sebesar-42% sejak awal September Belajar dari Sejarah...Melihat sejarah koreksi IHSG, hanya pada krisis ekonomi 1998 saja IHSG mengalami koreksiseperti ini. Namun, bila kita cermati saat itu, ada beberapa fakta yang cukup menarik dari perilakuIHSG yaitu :· Perhatikan bahwa saat penurunan IHSG (JCI) sudah mencapai lebih dari 50%, maka setelahitu IHSG mengalami pergerakkan rebound, seperti yang terjadi beberapa hari terakhir ini.· Pada krisis 1998, IHSG mencapai bottom-nya setelah mengalami koreksi sebesar -64%dari titik tertingginya (level 736 ke level 275). Apabila kita menerapkan hal yang samaterhadap kondisi IHSG sekarang ini, maka -64% dari titik tertinggi 2.830 adalah adalah1.018.· Pada krisis 1998, IHSG membutuhkan waktu kurang lebih 1 tahun lebih dari puncakmenuju bottom-nya, dan pada saat rebound IHSG hanya membutuhkan waktu sekitar 9bulanan untuk kembali ke titik awalnya. Saat ini, IHSG telah mengalami koreksi terusmenerus selama 11 bulanan, sehingga apabila kita yakin bahwa sejarah mungkin terulanglagi, maka bottom mungkin tidak akan terlalu lama lagi.-50%-64%; mencapaibottom dalam 1tahun lebihJika kita teliti lebih jauh, sebenarnya agak kurang adil bila kita membandingkan krisis 1998dengan keadaan saat ini, karena keadaan fundamental ekonomi Indonesia sudah jauh lebihbaik. Beberapa perbedaan penting antara krisis 1998 dengan saat ini adalah :· Cadangan devisa saat ini lebih tinggi 200% dibandingkan dengan 10 tahun lalu, yaitusekitar 50 miliar dolar di akhir Oktober, dibandingkan 22 miliar dolar di akhir 1998,sehingga nilai tukar rupiah seharusnya akan jauh lebih stabil.· Suku bunga dan inflasi masih jauh lebih stabil, dimana BI rate saat ini 9,5% dan inflasisatu tahun terakhir yang mencapai11,8%, dibandingkan tahun 1998 yang keduanyamencapai diatas 20%.· Rasio utang luar negeri terhadap GDP Indonesia telah turun dari diatas 100% pada tahun1998 menjadi sekitar 55% pada tahun 2008.· Keadaan politik saat ini jauh lebih terkendali dibandingkan dengan tahun 1998 yangterjadi revolusi politik.Melihat perbedaan tersebut, risiko investasi di Indonesia seharusnya sudah lebih terbatasdibandingkan 10 tahun lalu. Meskipun begitu, perilaku investor terkadang masih irasional dancenderung tidak mempedulikan sisi fundamental dari ekonomi Indonesia sehingga IHSG tidakbisa terelak dari koreksi besar-besaran.

Kami melihat penyebab dari tindakan investor yang begitu negatif ini adalah semakin kuatnya ancaman krisis ekonomi global sehingga perilaku para investor global masih cenderungmenghindari risiko dan melarikan investasinya ke aset-aset yang lebih aman.Ekonomi Amerika Serikat : Memasuki KrisisEkonomi AS pada kuartal ketiga 2008 mengalami pertumbuhan negatif sebesar -0,3%. Hal inimerupakan tanda bahwa ekonomi AS mengalami kontraksi dan akan berpotensi mengalamiresesi, yang akan terjadi apabila kuartal keempat 2008 juga menunjukkan pertumbuhan ekonomiyang negatif.Melihat perkembangan terakhir, terlihat bahwa peluang terjadinya resesi cukup besar dimanadata konsumsi ekonomi AS menunjukan hasil yang terus mengecewakan. Tingkat pengangguranmencapai titik tertingginya sebesar 6,5%, sementara data penjualan retail merosot -1% dalamsatu tahun terakhir, dan data gaji menunjukkan pertumbuhan yang negatif. Saat ini, konsensus ekonom yang disurvey oleh Bloomberg memperkirakan bahwa Ekonomi AS akan mengalamipertumbuhan negatif sampai 2 kuartal kedepan (kuartal keempat 2008 dan kuartal pertama2009).Sementara itu, pasar perumahan yang menjadi akar permasalahan krisis subprime masih belummenunjukkan adanya rebound yang berarti. Harga rumah terus merosot, sementara penjualanperumahan, baik rumah baru maupun rumah lama terus menunjukkan tren penurunan, dan bahkan para developer perumahan terlihat semakin pesimis dengan perkembangan yang terjadibelakangan ini.Harapan di Tangan RegulatorDengan keadaan yang terus memburuk seperti ini, harapan satu-satunya adalah di tanganregulator. Regulator AS, baik dari bank sentral, menteri keuangan dan presiden sendiri seluruhnyaberjuang keras untuk menyelamatkan ekonomi AS. Berbagai cara pun telah dilakukan mulaidari pemotongan suku bunga, injeksi dana, dan bahkan pembelian saham di institusi keuanganyang mengalami masalah. Namun memang butuh waktu bagi stimulus-stimulus tersebut untukbekerja dan memberikan dampak bagi ekonomi AS.

disisi lain, terpilihnya presiden baru, Barrack Obama, juga memberikan harapan baru bagi rakyatAS terhadap prospek ekonomi mereka. Secara historis, Partai Demokrat, yang merupakan PartaiPresiden terpilih merupakan partai yang cenderung bersifat sosialis sehingga intervensi dariregulator seharusnya akan lebih responsif dibandingkan saat ini. Oleh karena itu, diharapkanEkonomi AS dapat terhindar dari resesi berkepanjangan dan dapat kembali normal.Ekonomi Global: Semakin BeratSementara itu, ekonomi global tidak banyak berbeda dengan Ekonomi AS. Benua Eropa sudahmulai mengalami perlambatan dan bahkan beberapa institusi keuangannya juga telahdiselamatkan oleh pemerintahnya. Sementara itu, Benua Asia pun yang memiliki exposure terbatas terhadap produk subprime, akhirnya harus ikut mengalami perlambatan pula.Cina, yang merupakan motor penggerak perekonomian Asia mencetak pertumbuhan sebesar9% pada kuartal ketiga 2008, turun dari titik tertingginya di level 12,6% pada kuartal kedua2007. Sementara itu, beberapa negara Asia lainnya sudah diambang resesi seperti Singapurayang mengalami pertumbuhan ekonomi -0,3% pada kuartal ketiga 2008. Bahkan, Jepang saatini sudah mengalami resesi karena pertumbuhan ekonomi yang negatif selama dua kuartalberturut-turut, yaitu -3% untuk kuartal kedua 2008 dan -0,4% untuk kuartal ketiga 2008.Inflasi, tentunya saat ini sudah bukan merupakan masalah lagi. Seiring dengan pelemahanekonomi dan turunnya harga minyak beserta harga-harga komoditas lainnya telah membuatprospek inflasi menurun ke depannya. Hal ini juga sudah terlihat di beberapa negara sepertiCina, AS dan Eropa yang sudah mulai mengalami penurunan tingkat inflasi.Dibalik semua itu, tentunya semua pihak menyadari fakta akan perlambatan ekonomi dunia ini,dan kami percaya pemerintahan dari masing-masing negara, sama seperti AS, tidak akan tinggaldiam saja melihat ekonomi negaranya jatuh. Beberapa tindakan penyelamatan sudah mulaidiambil oleh beberapa negara, seperti yang terakhir adalah keputusan pemerintah Cina untukmeluncurkan paket stimulus sebesar 586 miliar dolar untuk membantu menopang pertumbuhannegaranya. Ke depan, apabila keadan semakin parah, maka bukan tidak mungkin bahwa intervensipemerintah terhadap ekonomi akan lebih banyak bermunculan lagi.

Ekonomi Domestik: MelambatWalaupun Indonesia berhasil mencetak pertumbuhan yang baik selama semester pertama 2008yang sebesar 6,3%, Indonesia masih sama seperti negara Asia lainnya dalam hal masihberkembangnya risiko perlambatan ekonomi. Kami melihat terdapat dua hal yang cukupberpengaruh terhadap ekonomi Indonesia saat ini, yaitu penurunan harga komoditas yangberlebihan dan likuiditas perbankan yang mengering.
1. Penurunan harga komoditas global mempengaruhi harga tiga komoditas andalan Indonesiayaitu minyak bumi, kelapa sawit, dan batubara. Saat ini, ketiga komoditas tersebut mengalamikoreksi harga yang sangat dalam dalam waktu singkat dengan rata-rata penurunan -50%dalam 3 bulan. Di satu sisi, hal ini berdampak positif ke ekonomi domestik karena bebansubsidi BBM pemerintah menjadi berkurang dan tingkat inflasi normal2. Keringnya likuiditas perbankan merupakan masalah yang serius bagi perekonomian kita karenaperbankan merupakan fundamental ekonomi suatu negara yang sangat vital. Jika ditelitilebih lanjut, ketatnya likuiditas perbankan lebih disebabkan oleh faktor domestik yaitu akibatmacetnya distribusi pembelanjaan pemerintah karena penundaan proyek-proyek pemerintahakibat kenaikan biaya pembangunan. Jika keadaan seperti ini berlangsung terus menerus,maka sektor riil pun tidak akan berjalan dan ekonomi kita dipastikan akan mengalamikontraksi.Dibalik ini semua, kami percaya kedua hal diatas tidak akan berlangsung lama. Terkait masalahkomoditas, kami melihat harga sekarang ini sudah tidak masuk akal dan lebih disebabkan olehadanya spekulan yang terus menekan harga-harga tersebut. Permintaan akan komoditas masihkuat dan cenderung inelastis, karena orang masih membutuhkan barang komoditas seperti minyakdan batubara sebagai sumber energi dan CPO sebagai bahan dasar minyak goreng dalam keadaanekonomi apapun. Selain itu, harga komoditas saat ini juga sudah mendekati biaya produksi dariperusahaan komoditas sehingga produsen mulai mengurangi produksinya. Hal ini akanberdampak pada berkurangnya pernawaran sehingga seharusnya harga akan meningkat menujutitik keseimbangan tertentu.kembali. Di sisi lain, penurunanekstrim ini justru memberikantekanan yang sangat berat keindustri komoditas kita, sehinggakinerja dan pendapatan keuntungandari industri komoditas ikut menurunsecara drastis. Dengan kontribusisektor pertambangan dan pertanianyang sebesar 24% dariperekonomian kita, maka ekonomiindonesia secara keseluruhan jugaakan mengalami tekanan bilakejadian ini terus bertahan.

ntuk masalah likuiditas perbankan, pemerintah sudah mengumumkan langkah-langkah untukmemperbaiki likuiditas perbankan, antara lain dengan mempercepat distribusi pembelanjaandan penurunan giro wajib minimum bank. Dengan inflasi yang menurun, ke depannya sukubunga akan mengalami tren penurunan. Jika ditambahkan dengan penerapan kebijakan blanketguarantee, hal ini akan memperlancar likuiditas perbankan.Prospek Pasar Modal IndonesiaKami tetap masih optimis dengan potensi jangka panjang dari pasar modal Indonesia dan percayabahwa krisis ini seharusnya tidak akan berlangsung terus menerus. Saat ini, valuasi IHSG sudahmenjadi yang terendah diantara negara ASEAN lainnya yaitu 5,8x estimasi PE 2008 dibandingkanrata-rata ASEAN di 8,8x estimasi PE 2008, sehingga seharusnya hal ini membuat IHSG menjadijauh lebih menarik di mata investor global.Walaupun begitu, kami melihat risiko ke depan masih ada, dengan beberapa hal penting yangperlu diperhatikan yaitu:· Arah perkembangan ekonomi dan kebijakan ekonomi yang diambil baik di AS maupun dibeberapa negara lain secara global dimana sejauh ini beberapa pemerintahan telah cukupproaktif dalam mendukung perekonomiannya.· Hedge fund (investor asing) yang masih menarik dananya. Sejauh ini industri Hedge fundglobal telah mengalami kerugian sebesar 100 miliar dolar dari total industri sebesar 1,7 triliundolar. Bila ke depannya keadaan ekonomi masih belum membaik, maka bukan tidak mungkingelombang penjualan kembali dari hedge fund akan terjadi kembali.· Proyeksi pendapatan perusahaan. Saat ini pasar masih belum mendapatkan gambaran yangjelas mengenai dampak krisis global terhadap kinerja para emiten. Apabila para investorsudah merasa nyaman dengan prospek kinerja emitten, maka seharusnya sentimen akanmenjadi lebih stabil dan tidak fluktuatif seperti saat ini.