Selasa, 18 November 2008

market View

MARKET VIEWAkhir dari Penurunan Pasar?

Pasar Indonesia mengalamipenjualan besar-besaran terutamasejak awal bulan September akibatperilaku investor (terutama investorasing) yang semakin negatifterhadap pasar negara berkembang.Bila pasar saham Indonesiadibandingkan dengan kinerja pasarsaham negara lain, IHSG merupakanindeks yang kinerjanya palingburuk, dengan penurunan sebesar-42% sejak awal September atau-54% dari awal tahun. Bandingkan dengan rata-rata kinerja pasar saham negara ASEANyang mengalami penurunan sebesar -31% sejak awal September dan -47% dari awal tahun.Kinerja yang buruk ini juga disebabkan oleh tingginya korelasi pergerakan IHSG denganpergerakan harga minyak, dimana penurunan harga minyak mencapai -51% sejak awalseptember dan -61% dari awal tahun. Namun, seharusnya sekarang ini korelasi tersebutsemakin melemah, dikarenakan proses rebalancing yang telah terjadi di IHSG dimana saatini sektor komoditas hanya memiliki persentase 16% (pada kuartal kedua sektor komoditasmencapai 30%).Dibalik penjualan besar-besaran kemarin, IHSG sempat mencapai titik terendahnya di level1.111,4 pada tanggal 28 Oktober. Kemudian yang menjadi pertanyaan adalah apakahtitik tersebut merupakan bottom dari bear market yang sedang terjadi sekarang ini? Tidakada yang tahu hal ini dengan pasti. Namun berikut kami akan coba membandingkan krisissekarang ini dengan krisis sebelumnya.17 November Pasar Indonesia mengalamipenjualan besar-besaran terutamasejak awal bulan September akibatperilaku investor (terutama investorasing) yang semakin negatifterhadap pasar negara berkembang.Bila pasar saham Indonesiadibandingkan dengan kinerja pasarsaham negara lain, IHSG merupakanindeks yang kinerjanya palingburuk, dengan penurunan sebesar-42% sejak awal September Belajar dari Sejarah...Melihat sejarah koreksi IHSG, hanya pada krisis ekonomi 1998 saja IHSG mengalami koreksiseperti ini. Namun, bila kita cermati saat itu, ada beberapa fakta yang cukup menarik dari perilakuIHSG yaitu :· Perhatikan bahwa saat penurunan IHSG (JCI) sudah mencapai lebih dari 50%, maka setelahitu IHSG mengalami pergerakkan rebound, seperti yang terjadi beberapa hari terakhir ini.· Pada krisis 1998, IHSG mencapai bottom-nya setelah mengalami koreksi sebesar -64%dari titik tertingginya (level 736 ke level 275). Apabila kita menerapkan hal yang samaterhadap kondisi IHSG sekarang ini, maka -64% dari titik tertinggi 2.830 adalah adalah1.018.· Pada krisis 1998, IHSG membutuhkan waktu kurang lebih 1 tahun lebih dari puncakmenuju bottom-nya, dan pada saat rebound IHSG hanya membutuhkan waktu sekitar 9bulanan untuk kembali ke titik awalnya. Saat ini, IHSG telah mengalami koreksi terusmenerus selama 11 bulanan, sehingga apabila kita yakin bahwa sejarah mungkin terulanglagi, maka bottom mungkin tidak akan terlalu lama lagi.-50%-64%; mencapaibottom dalam 1tahun lebihJika kita teliti lebih jauh, sebenarnya agak kurang adil bila kita membandingkan krisis 1998dengan keadaan saat ini, karena keadaan fundamental ekonomi Indonesia sudah jauh lebihbaik. Beberapa perbedaan penting antara krisis 1998 dengan saat ini adalah :· Cadangan devisa saat ini lebih tinggi 200% dibandingkan dengan 10 tahun lalu, yaitusekitar 50 miliar dolar di akhir Oktober, dibandingkan 22 miliar dolar di akhir 1998,sehingga nilai tukar rupiah seharusnya akan jauh lebih stabil.· Suku bunga dan inflasi masih jauh lebih stabil, dimana BI rate saat ini 9,5% dan inflasisatu tahun terakhir yang mencapai11,8%, dibandingkan tahun 1998 yang keduanyamencapai diatas 20%.· Rasio utang luar negeri terhadap GDP Indonesia telah turun dari diatas 100% pada tahun1998 menjadi sekitar 55% pada tahun 2008.· Keadaan politik saat ini jauh lebih terkendali dibandingkan dengan tahun 1998 yangterjadi revolusi politik.Melihat perbedaan tersebut, risiko investasi di Indonesia seharusnya sudah lebih terbatasdibandingkan 10 tahun lalu. Meskipun begitu, perilaku investor terkadang masih irasional dancenderung tidak mempedulikan sisi fundamental dari ekonomi Indonesia sehingga IHSG tidakbisa terelak dari koreksi besar-besaran.

Kami melihat penyebab dari tindakan investor yang begitu negatif ini adalah semakin kuatnya ancaman krisis ekonomi global sehingga perilaku para investor global masih cenderungmenghindari risiko dan melarikan investasinya ke aset-aset yang lebih aman.Ekonomi Amerika Serikat : Memasuki KrisisEkonomi AS pada kuartal ketiga 2008 mengalami pertumbuhan negatif sebesar -0,3%. Hal inimerupakan tanda bahwa ekonomi AS mengalami kontraksi dan akan berpotensi mengalamiresesi, yang akan terjadi apabila kuartal keempat 2008 juga menunjukkan pertumbuhan ekonomiyang negatif.Melihat perkembangan terakhir, terlihat bahwa peluang terjadinya resesi cukup besar dimanadata konsumsi ekonomi AS menunjukan hasil yang terus mengecewakan. Tingkat pengangguranmencapai titik tertingginya sebesar 6,5%, sementara data penjualan retail merosot -1% dalamsatu tahun terakhir, dan data gaji menunjukkan pertumbuhan yang negatif. Saat ini, konsensus ekonom yang disurvey oleh Bloomberg memperkirakan bahwa Ekonomi AS akan mengalamipertumbuhan negatif sampai 2 kuartal kedepan (kuartal keempat 2008 dan kuartal pertama2009).Sementara itu, pasar perumahan yang menjadi akar permasalahan krisis subprime masih belummenunjukkan adanya rebound yang berarti. Harga rumah terus merosot, sementara penjualanperumahan, baik rumah baru maupun rumah lama terus menunjukkan tren penurunan, dan bahkan para developer perumahan terlihat semakin pesimis dengan perkembangan yang terjadibelakangan ini.Harapan di Tangan RegulatorDengan keadaan yang terus memburuk seperti ini, harapan satu-satunya adalah di tanganregulator. Regulator AS, baik dari bank sentral, menteri keuangan dan presiden sendiri seluruhnyaberjuang keras untuk menyelamatkan ekonomi AS. Berbagai cara pun telah dilakukan mulaidari pemotongan suku bunga, injeksi dana, dan bahkan pembelian saham di institusi keuanganyang mengalami masalah. Namun memang butuh waktu bagi stimulus-stimulus tersebut untukbekerja dan memberikan dampak bagi ekonomi AS.

disisi lain, terpilihnya presiden baru, Barrack Obama, juga memberikan harapan baru bagi rakyatAS terhadap prospek ekonomi mereka. Secara historis, Partai Demokrat, yang merupakan PartaiPresiden terpilih merupakan partai yang cenderung bersifat sosialis sehingga intervensi dariregulator seharusnya akan lebih responsif dibandingkan saat ini. Oleh karena itu, diharapkanEkonomi AS dapat terhindar dari resesi berkepanjangan dan dapat kembali normal.Ekonomi Global: Semakin BeratSementara itu, ekonomi global tidak banyak berbeda dengan Ekonomi AS. Benua Eropa sudahmulai mengalami perlambatan dan bahkan beberapa institusi keuangannya juga telahdiselamatkan oleh pemerintahnya. Sementara itu, Benua Asia pun yang memiliki exposure terbatas terhadap produk subprime, akhirnya harus ikut mengalami perlambatan pula.Cina, yang merupakan motor penggerak perekonomian Asia mencetak pertumbuhan sebesar9% pada kuartal ketiga 2008, turun dari titik tertingginya di level 12,6% pada kuartal kedua2007. Sementara itu, beberapa negara Asia lainnya sudah diambang resesi seperti Singapurayang mengalami pertumbuhan ekonomi -0,3% pada kuartal ketiga 2008. Bahkan, Jepang saatini sudah mengalami resesi karena pertumbuhan ekonomi yang negatif selama dua kuartalberturut-turut, yaitu -3% untuk kuartal kedua 2008 dan -0,4% untuk kuartal ketiga 2008.Inflasi, tentunya saat ini sudah bukan merupakan masalah lagi. Seiring dengan pelemahanekonomi dan turunnya harga minyak beserta harga-harga komoditas lainnya telah membuatprospek inflasi menurun ke depannya. Hal ini juga sudah terlihat di beberapa negara sepertiCina, AS dan Eropa yang sudah mulai mengalami penurunan tingkat inflasi.Dibalik semua itu, tentunya semua pihak menyadari fakta akan perlambatan ekonomi dunia ini,dan kami percaya pemerintahan dari masing-masing negara, sama seperti AS, tidak akan tinggaldiam saja melihat ekonomi negaranya jatuh. Beberapa tindakan penyelamatan sudah mulaidiambil oleh beberapa negara, seperti yang terakhir adalah keputusan pemerintah Cina untukmeluncurkan paket stimulus sebesar 586 miliar dolar untuk membantu menopang pertumbuhannegaranya. Ke depan, apabila keadan semakin parah, maka bukan tidak mungkin bahwa intervensipemerintah terhadap ekonomi akan lebih banyak bermunculan lagi.

Ekonomi Domestik: MelambatWalaupun Indonesia berhasil mencetak pertumbuhan yang baik selama semester pertama 2008yang sebesar 6,3%, Indonesia masih sama seperti negara Asia lainnya dalam hal masihberkembangnya risiko perlambatan ekonomi. Kami melihat terdapat dua hal yang cukupberpengaruh terhadap ekonomi Indonesia saat ini, yaitu penurunan harga komoditas yangberlebihan dan likuiditas perbankan yang mengering.
1. Penurunan harga komoditas global mempengaruhi harga tiga komoditas andalan Indonesiayaitu minyak bumi, kelapa sawit, dan batubara. Saat ini, ketiga komoditas tersebut mengalamikoreksi harga yang sangat dalam dalam waktu singkat dengan rata-rata penurunan -50%dalam 3 bulan. Di satu sisi, hal ini berdampak positif ke ekonomi domestik karena bebansubsidi BBM pemerintah menjadi berkurang dan tingkat inflasi normal2. Keringnya likuiditas perbankan merupakan masalah yang serius bagi perekonomian kita karenaperbankan merupakan fundamental ekonomi suatu negara yang sangat vital. Jika ditelitilebih lanjut, ketatnya likuiditas perbankan lebih disebabkan oleh faktor domestik yaitu akibatmacetnya distribusi pembelanjaan pemerintah karena penundaan proyek-proyek pemerintahakibat kenaikan biaya pembangunan. Jika keadaan seperti ini berlangsung terus menerus,maka sektor riil pun tidak akan berjalan dan ekonomi kita dipastikan akan mengalamikontraksi.Dibalik ini semua, kami percaya kedua hal diatas tidak akan berlangsung lama. Terkait masalahkomoditas, kami melihat harga sekarang ini sudah tidak masuk akal dan lebih disebabkan olehadanya spekulan yang terus menekan harga-harga tersebut. Permintaan akan komoditas masihkuat dan cenderung inelastis, karena orang masih membutuhkan barang komoditas seperti minyakdan batubara sebagai sumber energi dan CPO sebagai bahan dasar minyak goreng dalam keadaanekonomi apapun. Selain itu, harga komoditas saat ini juga sudah mendekati biaya produksi dariperusahaan komoditas sehingga produsen mulai mengurangi produksinya. Hal ini akanberdampak pada berkurangnya pernawaran sehingga seharusnya harga akan meningkat menujutitik keseimbangan tertentu.kembali. Di sisi lain, penurunanekstrim ini justru memberikantekanan yang sangat berat keindustri komoditas kita, sehinggakinerja dan pendapatan keuntungandari industri komoditas ikut menurunsecara drastis. Dengan kontribusisektor pertambangan dan pertanianyang sebesar 24% dariperekonomian kita, maka ekonomiindonesia secara keseluruhan jugaakan mengalami tekanan bilakejadian ini terus bertahan.

ntuk masalah likuiditas perbankan, pemerintah sudah mengumumkan langkah-langkah untukmemperbaiki likuiditas perbankan, antara lain dengan mempercepat distribusi pembelanjaandan penurunan giro wajib minimum bank. Dengan inflasi yang menurun, ke depannya sukubunga akan mengalami tren penurunan. Jika ditambahkan dengan penerapan kebijakan blanketguarantee, hal ini akan memperlancar likuiditas perbankan.Prospek Pasar Modal IndonesiaKami tetap masih optimis dengan potensi jangka panjang dari pasar modal Indonesia dan percayabahwa krisis ini seharusnya tidak akan berlangsung terus menerus. Saat ini, valuasi IHSG sudahmenjadi yang terendah diantara negara ASEAN lainnya yaitu 5,8x estimasi PE 2008 dibandingkanrata-rata ASEAN di 8,8x estimasi PE 2008, sehingga seharusnya hal ini membuat IHSG menjadijauh lebih menarik di mata investor global.Walaupun begitu, kami melihat risiko ke depan masih ada, dengan beberapa hal penting yangperlu diperhatikan yaitu:· Arah perkembangan ekonomi dan kebijakan ekonomi yang diambil baik di AS maupun dibeberapa negara lain secara global dimana sejauh ini beberapa pemerintahan telah cukupproaktif dalam mendukung perekonomiannya.· Hedge fund (investor asing) yang masih menarik dananya. Sejauh ini industri Hedge fundglobal telah mengalami kerugian sebesar 100 miliar dolar dari total industri sebesar 1,7 triliundolar. Bila ke depannya keadaan ekonomi masih belum membaik, maka bukan tidak mungkingelombang penjualan kembali dari hedge fund akan terjadi kembali.· Proyeksi pendapatan perusahaan. Saat ini pasar masih belum mendapatkan gambaran yangjelas mengenai dampak krisis global terhadap kinerja para emiten. Apabila para investorsudah merasa nyaman dengan prospek kinerja emitten, maka seharusnya sentimen akanmenjadi lebih stabil dan tidak fluktuatif seperti saat ini.