Minggu, 21 Desember 2008

ULASAN PASAREkonomi AS: Dalam ResesiMenjelang akhir tahun, berita buruk terus meliputi perekonomian AS. Berdasarkan dataterakhir, Ekonomi AS masih terus mengalami kontraksi, bahkan terlihat semakin dalam.Resesi kemungkinan besar akan menyelimuti perekonomian AS di kuartal 4 tahun ini, seiringdengan tingkat pembelanjaan konsumen AS (consumer spending) yang terus menunjukkanpenurunan. Namun kita tidak perlu terlalu negatif terhadap hal ini karena pelemahanekonomi ini hanyalah bagian dari suatu siklus normal yang memang harus dilalui. Menurutsurvei yang dilakukan oleh Bloomberg, konsensus ekonom memperkirakan ekonomi ASakan dapat mulai kembali tumbuh secara positif di semester kedua tahun depan.Ekonomi Indonesia: Menanti PerlambatanKrisis global sudah pasti akan berdampak pada perekonomian domestik. Tanda-tandaperlambatan sudah mulai terlihat dengan data ekspor terakhir yang menurun -12% satubulan terakhir. Kami melihat hal ini sebagai suatu permulaan dengan dampak yang lebihbesar akan lebih terefleksi pada ekonomi kita di awal tahun 2009, di saat seluruh sektorekonomi mulai menyesuaikan diri dengan krisis global ini. Dibalik itu, satu hal yang cukuppositif adalah bahwa kontribusi ekspor ke ekonomi kita tidaklah terlalu besar dibandingkandengan negara lain, sehingga seharusnya ekonomi domestik diharapkan dapat menopangperekonomian indonesia secara keseluruhan.Pasar Finansial: Santa Claus Rally?Pasar finansial mulai bergairah kembali dengan sentimen yang terlihat mulai membaikmendekati akhir tahun ini. Kami melihat ada 3 hal yang mendukung perbaikan ini, yaitusikap regulator ekonomi dunia yang responsif, valuasi yang cukup tertekan, dankemungkinan aksi window dressing. Namun dibalik itu semua, risiko atas perlambatanekonomi masih ada sehingga potensi untuk terjadinya koreksi di pasar finansial di masamendatang masih cukup besar.19 Desember 2008

2ULASAN PASAREkonomi AS: Dalam ResesiMenjelang akhir tahun 2008 ini, tampak keadaan ekonomi AS masih terus mengalami kontraksi,dan bahkan makin dalam. Dari data ekonomi terakhir, komponen terbesar dari ekonomi AS(70% dari GDP), yaitu sektor pembelanjaan konsumen (consumer spending), masih menunjukkanarah pelemahan. Memang tampaknya hal ini akan masih berlangsung seiring dengan datapertumbuhan gaji (non farm payroll) yang negatif dan tingkat pengangguran yang mencapailevel 6,7%, tertinggi selama 2 tahun terakhir.Selain tingkat konsumsi yang terus melemah, aktivitas ekonomi juga secara drastis mengalamiperlambatan. Dari data ISM index (Institute Supply Management – Index yang menggambarkantingkat aktivitas ekonomi AS), sisi manufaktur dan jasa keduanya mengalami penurunan yangcukup dalam. Melihat data-data tersebut, dapat dikatakan bahwa ekonomi AS sudah pasti akanmengalami pertumbuhan negatif di kuartal keempat tahun ini sehingga membuat ekonomi ASdalam keadaan resesi.“It is Always The Darkest Before The Dawn”Kontraksi ekonomi merupakan bagian dari siklus roda ekonomi, dan dalam perputarannya,ekonomi pasti akan merasakan masa-masa ekspansi maupun masa-masa kontraksi sepertisekarang ini. Satu hal yang perlu kita sadari, bahwa krisis ekonomi tidak akan terus-menerusterjadi. Roda ekonomi akan terus berputar dan ekonomi pun akan keluar dari masa kontraksimemasuki kembali masa ekspansi (pertumbuhan).Berdasarkan survei konsensus ekonom diBloomberg, masa kontraksi ekonomi AS yangterparah diperkirakan akan terjadi pada kuartalkeempat tahun ini, dengan pertumbuhanekonomi mencapai -3,9%. Setelah itu, ekonomiAS diperkirakan akan secara perlahan mulaimembaik dan mulai mencapai pertumbuhanpositif di semester kedua tahun depan.

ULASAN PASAR3Saat ini, kami melihat ada beberapa hal yang mendukung kebangkitan ekonomi AS:1. Turunnya harga minyak.Penurunan harga minyak akan mampu meningkatkan daya beli masyarakat AS terhadapbarang konsumsi lainnya karena turunnya anggaran belanja minyak. Hal ini diharapkanakan mampu membantu mendukung tingkat konsumsi rakyat AS sehingga ekonomisemakin bergairah.2. Menanti pemerintahan baru.Ekonom kami menemukan fakta yang cukup menarik, dimana secara historis tingkatpertumbuhan ekonomi AS dibawah kepemimpinan partai demokrat umumnya lebih tinggidibandingkan masa pemerintahan partai republik. Salah satu penyebabnya adalah karenakebijakan partai demokrat yang lebih berorientasi domestik serta cenderung memberikanpemerintah peranan yang lebih besar dalam sistem ekonomi.Indikasi akan hal ini sebenarnya sudah mulai terlihat pada kasus yang sedang hangatsaat ini, yaitu mengenai nasib industri otomotif AS dimana partai demokrat dan Obamacenderung ingin pemerintah langsung menyelamatkan, sementara partai republikcenderung untuk mencari jalan lain.Ekonomi Indonesia: Menanti PerlambatanSebagaimana telah didiskusikan oleh banyak orang, ekonomi Indonesia dipastikan akan terkenadampak dari perlambatan ekonomi global. Tanda-tanda perlambatan mulai muncul diperekonomian kita terutama dari sisi ekspor, dimana total ekspor kita per bulan Oktober menurunsekitar -12% dalam satu bulan terakhir, walaupun total ekspor kita masih tumbuh +4.9% biladibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Bila dilihat lebih dalam, ekspor minyakmengalami penurunan sebesar -26% dalam satu bulan terakhir atau turun -7% bila dibandingkandengan periode yang sama tahun lalu, sedangkan ekspor non minyak menurun -8% satu bulanterakhir dan naik +8.2% pada satu tahun terakhir.Total export menurun -12% MoM,namun masih bertumbuh positif 4.9%Kami melihat keadaan saat ini sebagai suatu permulaan bagi perekonomian Indonesia untukmasuk ke perlambatan ekonomi. Potensi untuk penurunan ekspor lebih dalam di tahun depanmasih terbuka, terlebih lagi karena hampir sekitar 40% dari total tujuan ekspor kita merupakannegara-negara yang sudah berada dalam keadaan ekonomi resesi ataupun akan menuju ke resesi,yaitu Jepang 19%, Singapura 10% dan AS 10%. Selain itu, penurunan harga-harga komoditasdunia (batubara, minyak sawit, dan minyak bumi) yang signifikan hingga lebih dari 50% darititik tertingginya juga akan menekan nilai ekspor kita di masa mendatang.

4ULASAN PASARNamun, dibalik potensi pasar ekspor yang tampaknya melemah, dampaknya terhadap ekonomiIndonesia secara keseluruhan tidak akan terlalu signifikan seperti negara lain. Bila dibandingkandengan negara tetangga, sebenarnya kontribusi ekspor terhadap perekonomian kita tidaklahterlalu besar. Berdasarkan data terakhir dari ekonom kami, Indonesia memiliki rasio tingkat eksporterhadap pendapatan per kapita yang cukup kecil dibandingkan dengan negara tetangga, yaitusekitar 30%, dibandingkan dengan Malaysia 110%, Singapura 230% dan Thailand 73%.Disamping itu, kami melihat bahwa ekonomi domestik Indonesia akan cukup mampu menjadipenyangga terhadap dampak pelemahan ekonomi global. Berdasarkan survei pasar yang dilakukanoleh AC Nielsen, penjualan untuk kuartal pertama tahun depan diperkirakan akan turun, namunsecara keseluruhan, penjualan di tingkat ritel untuk tahun depan diperkirakan akan masih tumbuh13-15%. Selain itu, Indeks Kepercayaan Konsumen yang dihimpun oleh Danareksa ResearchInstitute juga menunjukkan peningkatan ke level 81,3, tertinggi selama 11 bulan terakhir. Halini tentunya menunjukkan bahwa konsumen merasa lebih optimistis terhadap perekonomianIndonesia.Prospek RupiahRupiah sempat mengalami depresiasi yang cukup dalam hingga -30% (pada saat USD mencapaiRp 12.400), dibandingkan dengan negara lainnya yang rata-rata mengalami depresiasi sebesar -10%, akibat ketakutan para investor asing terhadap negara berkembang. Ekonom kami melihatbeberapa alasan yang menyebabkan pelemahan Rupiah terjadi:• Keengganan pemerintah untuk menerapkan kebijakan blanket guarantee. Beberapanegara seperti Singapura, Malaysia and Australia telah melaksanakan kebijakan blanketguarantee sejak bulan Oktober, dan ini memicu capital outflows yang kemudianmempengaruhi stabilitas mata uang kita. Dalam perkembangan terakhir, beberapa pihaktelah mengusulkan kebijakan ini kepada pemerintah, namun tampak pemerintah masihterus mendiskusikan hal tersebut.• BI telah mengeluarkan kebijakan untuk transaksi dollar yang mengatur jumlah maksimumdollar yang dapat dibeli setiap bulannya. Namun, dengan sosialisasi yang kurang, hal inijustru dapat memicu sentimen negatif terhadap Rupiah akibat pemegang USD yang merasakhawatir untuk sulit mendapatkan USD kembali di masa mendatang, sehingga membuatmereka berpikir 2 kali untuk menukarkan USDnya.• Investor global mungkin melihat ekonomi Indonesia sebagai salah satu yang memilikirisiko mata uang yang besar. Hal ini disebabkan oleh tingginya rasio hutang luar negeriterhadap cadangan devisa yang sekitar 2,8x dibandingkan rata-rata Asia yang hanya 1,1x.USD-IDR sempat mencapai IDR 12,400, namunkembali menguat ke level IDR 10,900



ULASAN PASAR5Dalam perkembangan terakhir, rupiah mengalami penguatan yang cukup signifikan ke level Rp10.900-an di minggu kedua bulan Desember. Ekonom kami melihat potensi penguatan USDakan terus berlanjut hingga ke Rp 10.000/USD di Januari 2009. Hal ini didukung oleh beberapahal:1. Indonesia bukan negara export dependent.Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, Indonesia memiliki rasio ekspor terhadapPendapatan per Kapita yang paling kecil dibandingkan dengan negara tetangga. Makaseharusnya ekonomi Indonesia merupakan salah satu yang paling bisa bertahan di tengahkrisis global ini.2. Tingkat inflasi dan suku bunga yang stabil.Seiring dengan penurunan harga komoditas dunia, maka tingkat inflasi akan ikut turun,begitu juga dengan suku bunga. Inflasi bulan November mulai menurun (0,12% dalamsatu bulan terakhir dan 11,7% dalam satu tahun terakhir; sementara BI rate turun ke level9,25%. Hal ini akan berimbas positif pada ekonomi indonesia dan tidak akan memicucapital outflows, karena tren penurunan suku bunga juga terjadi di negara lain. Untuktahun depan ekonom kami memperkirakan inflasi akan mencapai 8% dan BI rate 8.5%di akhir tahun 2009.3. AS akan mencetak uang dalam jumlah besar. Fed telah menyuntikkan triliunan USD kesistem finansial AS untuk mendukung perekonomiannya, dan ini dilakukan dengan caramencetak uang, yang dikonfirmasikan dengan adanya stimulus sebesar USD 800 miliar,sehingga akan meningkatkan suplai USD di pasar. Seiring dengan kontraksi ekonomi AS,hal ini akan berpotensi menekan USD dan membantu Rupiah untuk mengalami apresiasi.Peningkatan signifikansuplai USDPasar Finansial: Santa Claus Rally?Walaupun data-data menunjukkan keadaan ekonomi terlihat semakin parah, pasar finansialcenderung stabil dan bahkan mengalami peningkatan kembali. Tekanan jual pada pasar obligasimulai berkurang, dan tingkat imbal hasil invetasi sudah mulai kembali turun dimana imbal hasilSUN 10 tahun saat ini sekitar 13%, dibandingkan dengan sekitar 21% pada 2 bulan lalu.Disamping itu, pergerakan rata-rata indeks saham di beberapa negara ASEAN sejak awal bulanDesember juga mengalami peningkatan, seiring dengan IHSG yang meningkat +3% sejak awalbulan. Bahkan di AS sendiri, VIX Index (Volatility index), indeks yang mengukur tingkat volatilitasindeks, mulai mengalami penurunan yang menandakan sentimen mulai memulih.


6ULASAN PASARMemang fenomena ini terlihat agak kontradiksi (ekonomi lemah vs saham menguat), namunperlu kita sadari bahwa pasar finansial cenderung melihat jauh ke depan, dan data ekonomicenderung lagging. Kami percaya bahwa kejadian sekarang ini mulai menunjukkan bahwainvestor mulai nyaman dengan level indeks sekarang serta prospek ekonomi ke depannya.Kami melihat ada beberapa hal yang mendukung perbaikan sentimen sekarang ini:1. Tindakan regulator yang responsif.Regulator moneter dunia, termasuk pemerintah masing-masing negara, telahmengucurkan paket bantuan ekonomi masing-masing, seperti paket USD 700 miliar daripemerintah AS, paket USD 586 miliar dari pemerintah Cina, dan paket USD 255 miliardari pemerintah Jepang. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah masing –masing negaracukup responsif dalam mengatasi gelombang krisis ekonomi ini. Terlebih lagi, pemerintahAS merespon dengan cukup baik kasus industri otomotif yang isunya sedang hangatakhir-akhir ini. Dalam perkembangan terakhir, pemerintah AS bersedia mengucurkanbantuan walaupun harus terlebih dahulu melalui proses perdebatan antara kubu demokratdan republik. Diharapkan, paket-paket tersebut mampu membantu ekonomi agar tetapberjalan.2. Valuasi yang sudah sangat tertekan.Tekanan jual yang besar selama 2 bulan terakhir telah menekan indeks saham seluruhdunia yang secara otomatis juga menekan valuasi dari saham-saham menjadi murah.Meskipun begitu, terlihat belakangan ini investor mulai nyaman dengan tingkat valuasisekarang sehingga mereka mulai berani masuk kembali ke pasar finansial. IHSG sekarangini berada pada level 6,2x estimasi PE 2009, jauh lebih kecil dibandingkan dengan rataratanegara ASEAN yang berada di level 8,6x estimasi PE 2009.3. Window dressing.Window dressing merupakan strategi yang digunakan oleh para manajer investasi untuk“memoles” performa reksadananya mendekati akhir kuartal ataupun akhir tahun. Melihatpasar saham yang jatuh signifikan sejak awal tahun, maka motivasi untuk terjadinyawindow dressing mungkin saja ada, apalagi dengan sentimen pasar yang sekarang inimulai membaikDibalik pasar finansial yang mulai rebound, kewaspadaan terhadap perkembangan ekonomidunia dan domestik tetap perlu, sebab risiko terhadap perlambatan ekonomi tersebut masih adasehingga kemungkinan bagi pasar finansial untuk mengalami koreksi kembali juga masih cukupbesar.